Selasa, 14 Februari 2012

KALK


Di rumah gue, terletak di dalam kulkas, terdapatlah sebuah botol berisi obat kunyah bermerk KALK. Bentuknya gepeng warnanya putih. Seinget gue, obat itu udah cukup lama di situ. Biasanya, Ibu gue menggunakan obat tersebut untuk menanggulangi hal-hal berikut:
1.      Penyakit kulit
2.      Sakit gigi
3.      Sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kalsium
4.      Demam
Yang mana membuat gue mikir, gimana bisa keempat gangguan kesehatan yang gak saling nyambung satu sama lain dan berbeda jauh bagaikan eksosfer dan astenosfer tersebut bisa diatasi hanya dengan satu botol obat? Meskipun gitu, kayaknya gak ada orang di rumah yang peduli dan sampe sekarang fine-fine aja. Terakhir gue disuruh Ibu gue minum itu buat nyembuhin buduk yang muncul di tangan gue karena alergi sekitar 2 minggu lalu. Oh, FYI, obat itu udah kedaluarsa sejak September 2008.
Jadi, pertanyaannya, apa sesungguhnya fungsi dan guna KALK?

Minggu, 12 Februari 2012

Aku


Aku adalah keberadaan yang fana. Kebanyakan orang Indonesia menyebutku Kentut. Ketika ada sebentuk gas berbau tidak sedap yang keluar dari lubang dubur seseorang, Aku lahir.

Aku adalah Dewa. Dewa Onani. Ketika ada laki-laki di dunia ini yang onani dan secara tidak sengaja menelan spermanya sendiri, Aku lahir.

Aku adalah Kencing. Ketika kandung kemih seseorang terasa penuh, rahim ibuku berkontraksi. Ketika ia sedang terbirit-birit bergegas ke balik pohon, air ketuban ibuku pecah. Ketika raut wajahnya berubah lega dan, barangkali, sesekali bergidik dan gemetar, Aku lahir.

Aku adalah Upil. Kau mungkin menyangkalnya, tetapi membawaku ke dunia dari rahim yang berbulu adalah salah satu kegiatan favoritmu yang kau lakukan diam-diam. Kau malu jika orang lain memergokimu sedang hamil Aku. Aku lahir dengan iringan napas lega, kemudian terabaikan.

Aku adalah Iblis. Iblis yang iri. Aku membuat orang yang mencintaimu mengernyitkan kening dan mempertimbangkan kembali rasa sayangnya kepadamu ketika ia melihat matamu. Benar, mata adalah tempatku bersemayam sebagai janin. Dengan bantuan cermin dan dengan pengorbanan matamu yang memerah, Aku lahir. Aku adalah Belek.

Kau tidak sadar sudah mengandungku. Kau membawaku ke mana-mana. Kehamilanku tidak kasat mata. Kau melahirkanku di kamar mandi dengan siraman air yang seketika itu juga membunuhku. Aku adalah Daki.

Di suatu tempat orang menyebutku Congek, di tempat lain orang menyebutku lain. Aku membuat kesal ibuku bahkan sebelum Aku dilahirkan. Aku tidak bisa dilahirkan dengan tangan kosong. Substansi putih merekat sialan itu membangunkanku paksa dari tidur abadiku. Mata setengah terpejam dan bibir agak sumbing dan sedikit rasa sakit, kemudian Aku lahir.

Tidak ada satupun yang maya dari keberadaanku. Aku sangat nyata. Aku mengintai, menunggu, mencari jalan keluar dari dalam usus besar. Jika ibu mengandungku, ia akan sakit. Jika ia melahirkanku, ia senang. Senang karena akhirnya ia bisa menyingkirkan haram jadah yang melilitkan perutnya ini. Aku tidak bisa dilahirkan sembarangan, orang butuh ruangan khusus, tenaga ekstra, ketabahan. Bahkan setelah Aku lahir, orang-orang menggunakan namaku untuk mengumpat. Ketika terdengar gumaman tak yakin: “hhmmmggg”; “uurrrggh”; “cropoot”; “brobooot”; “cemplung”; “pyuk”; Aku lahir. Aku adalah Tai.

Aku adalah Iler. Mudah untuk memproduksiku. Aku lahir di dalam tidur, meninggalkan hanya noda gelap hina yang kauhindari padahal adalah darah dagingmu sendiri.

Siapakah Aku? Pertanyaan itu untukmu. Karena itu bukan pertanyaan retoris (yang menurut sebagian orang tidak perlu dijawab), bukan pula pertanyaan untuk mengetes (yang mana sang penanya mengetahui jawabannya lebih baik dari siapapun).

Panduan Tidur HI 2010 II


Sely Charolina Sari Mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa Sely adalah orang yang sangat ekspresif. Apapun yang dia rasakan atau pikirkan, nampaknya dia gak akan repot-repot berpikir panjang untuk segera mengungkapkannya. Kalo tidur, dia cukup tenang. Gak banyak bikin ulah dan gak banyak protes. Protesnya nanti pagi-pagi kalo udah bangun. Abis itu bikin ulah seharian. Protesnya aja bisa bangunin orang serumah. Dari protesnya, kita bisa menyimpulkan bahwa dia adalah tipe orang yang kalo tidur bareng temennya bakal jadi pihak yang tersiksa. Gue gak menyangkal itu, meskipun gue gak sadar udah melakukan segala hal yang dituduhnya udah gue lakukan padanya pas tidur. Wow, kalimat gue barusan kontroversial.
Kata Pakar: tidur dengan Sely cukup enak dan santai, nyenyak dan damai, kecuali Anda insomnia. Lebih baik bersikap manislah pada Sely kalo tidur sama dia, Anda gak mau besoknya seharian dia bakal bertingkah sangat ganggu dan menjengkelkan pada Anda sebagai bagian dari protesnya. Percayalah, Anda tidak akan mau.
Anindita Brilianti Ah, Anindita Brilianti. Benar. Meskipun dia ngebahasain dirinya Anin, di sini gue akan memanggil dia Nindi aja, biar gak ketuker dengan Anin yang lain dan anak-anak lebih gampang mengenal dia begitu. Jujur, pertama kali gue ngeliat dia, gue mikirnya dia adalah gadis gaul, cerdas, pinter, keren, liar, nakal, dan tidak terjangkau. Tapi pas mulai kenal sedikit lebih jauh.. satu kata: dia sampah. Ada satu fenomena yang sangat menarik mengenai tidur Nindi, yaitu: kalo dia udah mulai naik ke tempat tidur, dia bukan lagi Nindi yang kita kenal sebelumnya. Dia berubah. Dia bagaikan orang lain. Dia menjelma menjadi makhluk penguasa tempat tidur. “Hegemon Selimut”, jika gue boleh meminjam istilah S. Charolina dalam bukunya yang berjudul Anindita Brilianti: Sebuah Bunga Rampai. Dia yeyek banget kalo udah tidur, lagi tidur, mau tidur, dan bangun tidur. Orang lain harus nurut sama dia, mesti menyesuaikan sama dia. Dia tukang gerak kalo tidur. Dan yang paling membuat gue sedih, dia juga “Hegemon AC” (Charolina: 2012).
Kata Pakar: Laiknya orang dewasa yang bijak, sebaiknya kita menuruti segala keinginan Nindi mengenai tidur kalo mau tidur bareng dia. Sabar aja, dia cuma begitu kalo pas tidur kok. Turun tempat tidur, dia akan kembali lagi menjadi Nindi yang biasanya, ceria dan menyenangkan.