Kali ini gue ingin ngomongin tentang sesuatu yang jadi salah satu dari banyak hal favorit gue: Doraemon! Yap, Doraemon adalah komik yang pertama kali gue baca waktu umur 4 tahun. Dan yap! Gue udah bisa baca waktu umur 4 tahun padahal waktu itu gue belom sekolah. Gue bisa baca awalnya cuma diajarin sama ibu gue bagaimana caranya baca kalimat yang ada di stiker pariwisata yang ketempel di lemari samping tempat tidur gue: Carita Paradise Resort. Cuma diajarin baca tiga kata itu, gue langsung bisa baca kata dan kalimat apapun. Termasuk kata “diperkosa” yang gue baca di koran. Waktu gue tanya apa itu “diperkosa” sama orang tua gue, mereka kelabakan. Mereka gak pernah naro koran atau bacaan lain yang belum-waktunya di deket-deket gue sejak itu.
Baik, gue to the point aja. Doraemon di sini gue khususkan pada komik Doraemon Petualangan. Fujiko F. Fujio (gue tahu bahwa pengarang Doraemon ini aslinya adalah 2 orang, Hiroshi Fujimoto dan Mooto Abiko, gue lupa gue tahu dari mana dan apa ini fakta atau bukan gue gak tahu) menulis komik Doraemon Petualangan secara rutin sampe volume 15, kemudian dia bilang dia mau berhenti nulis komik Doraemon Petualangan karena mau mempersiapkan seri Doraemon Seri Peralatan Ajaib. Gue liat ini di iklan seri baru tersebut di bagian belakang komik Doraemon Petualangan. Setelah dia menerbitkan beberapa jilid Doraemon Seri Peralatan Ajaib (terakhir gue liat di toko buku cuma sampe tiga jilid), gue mendapat kesan dia tidak pernah berkesempatan lagi untuk nerusin Doraemon Petualangan. Entah karena dia udah mulai sakit atau dia emang udah meninggal (God bless his soul). Dia emang udah menulis konsep cerita dan sinopsisnya, gue rasa, namun yang menggambarkan dan mengembangkan ceritanya sampai jadi komik bukan dia, mungkin asisten atau murid-muridnya. Kenapa gua bisa bilang begini? Yaitu karena: ada perubahan besar dari komik Doraemon Petualangan terhitung mulai sejak jilid 16.
Perubahan paling kentara yang gue liat adalah karakternya. Salah satunya di sini Nobita. Gue langsung khususkan diri ke adegan aja, kalo gitu. Di volume 22, Nobita dan Kerajaan Robot, pada bagian awal ada adegan ketika Nobita membentak ibunya dan ngatain ibunya pelit karena gak mau ngebeliin dia pet robot. Menurut gue ini salah banget. Nobita seharusnya segan terhadap ibunya, namun tetap hormat. Semua karena sikap ibunya yang sangat tegas dan galak, namun tetap menyayangi Nobita. Jadi menurut gue, sedari awal bahkan Nobita seharusnya gak akan berani meminta sesuatu yang mustahil dikabulkan, apalagi ngebentak dan ngatain ibunya pelit. Fail abis. Terus nih ya, di volume 23, Nobita dan Angin Ajaib, di bagian akhirnya ketika Nobita menyaksikan kematian Fuuko (aduh spoiler), Nobita tampaknya begitu terpukul dan sedih sampe gak mau ngomong dan kerjanya mewek mulu sampe berapa hari. Ini juga fail. Nobita adalah anak yang lembut dan penyayang, tapi dia juga tegar, apalagi kalau memikirkan bahwa sesuatu yang disayanginya berada di tempat yang lebih baik atau dalam kondisi lebih bahagia saat berpisah dengan sesuatu itu. Contoh, volume 1, Petualangan Nobita dengan Dinosaurus, Nobita sedih banget waktu pisah sama Pisuke, tapi dia sadar kalo mereka gak bisa terus-terusan bareng dan Pisuke lebih baik ada di jamannya daripada sama Nobita. Nobita rela berpisah, dia sedih, tapi dia tahu itu yang terbaik untuk Pisuke, lalu dia bisa mengatasi kesedihannya, dan gembira lagi. Berlawanan banget kan? Gue yakin pasti penulisnya punya interpretasi sendiri sama dunia Doraemon, dan karena terlalu semangat, jadi lupa sama prinsip yang udah diletakkan Fujiko Sensei sebelumnya.


Lain lagi tentang tokoh, kali ini temen-temennya Nobita. Shizuka, misalnya. Oke, Giant sama Suneo juga termasuk deh. Shizuka pada awalnya adalah tokoh yang sangat penting dalam setiap petualangan, berperan besar, digambarkan pemberani dan baik hati, namun semuanya itu dijungkirbalikkan sejak volume 16. Karakter Shizuka jadi kayak tokoh cewek-love-interest-lemah-gak-penting-yang-“lo-tuh-cuma-pendukung-di-sini”. Ngerti kan maksud gue? Ya, Shizuka jadi dikebelakangkan. Begitu pula dengan Giant dan Suneo, sahabat Nobita sampai mati yang sama pentingnya dengan kantong ajaib Doraemon di petualangan-petualangan sebelumnya, yang kemudian dinomorduakan. Ah, gue lupa. Doraemon, tentu saja. Napas dari seluruh kisah ini. Pada awalnya dia adalah tokoh yang sabar dan berperan sebagai pendamping, tiba-tiba setelah volume 15 dia jadi terlalu penting. Terakhir Nobita. Nobita lagi deng. Setelah volume 16 dia jadi penting mampus, terlalu penting bahkan. Porsi tampilannya, maksud gue. Nobita terlalu banyak muncul, terlalu fokus pada Nobita, dan Nobita digambarkan jadi terlalu emosional. Segalanya jadi tidak seimbang setelah Fujiko Sensei meletakkan penanya. Namun bukan berarti loyalitas gue berkurang, gue tetep fannya Doraemon kok.
Bisa dibilang, Doraemon Petualangan volume 16, Nobita dan Kereta Api Express, lanjutan dari volume 15, Catatan Harian Nobita, adalah sebuah transisi. Di volume itu masih kentara nuansa Doraemon asli yang diciptakan Fujiko F. Fujio, tapi juga ada sedikit rasa-rasa yang berubah. Dan kemudian perubahan itu makin kerasa di volume-volume berikutnya.
Demikian curhatan gue tentang komik Doraemon Petualangan. Gue baru aware karena baru gue baca-baca lagi, hehe. Gue mau tekankan kalo ini semua sekadar pandangan gue sebagai orang yang suka Doraemon. Gue sadar sih, masih ada yang lebih freak Doraemon lagi, dengan segala kerendahan hati, ini hanyalah sebuah keluhan subjektif. Bila ada yang menyinggung, salah, atau gak disetujui, gue mohon maaf. Plis deh, namanya juga curhatan.
Ehm, kayaknya segitu dulu analisis gue mengenai perubahan di komik Doraemon Petualangan. Kalo inget lagi nanti gue posting lagi. Atau kalian, para pemulung, tahu?