Satu tempat di mana orang-orang bermimpi
Nanti hidup mereka di malam hari
Ketika penjemput menghampiri
Dan berkata “kemari”
Lalu kenangan merasuk mereka yang meratapi
Pasar Pagi, harusnya hiruk pikuk petani
Sekarang sepi
Bergulat dengan nyeri
Stasiun kota, harusnya semu gerbong yang datang pergi,
sekarang mati
Entah di sana, entah di sini
Jalan-jalan memeri
Diriku yang iri
Ke mana mereka berlari
Yaitu ke sana, demi mendapat acungan topi
Tetapi lihatlah, bagaimana mereka melangkah
Segala waras hilang sudah
Melindas semut beberapa langkah
Atau menumbuk teri dengan galah
Pun rubah tidak merasa bersalah
Oh! Sedu sedan bumi
Atas apa yang merangkak di kulitnya pori-pori
Lembaran buku ialah hari-hari
Tiada henti
Bosan, aku berpaling dan mulai menggambar pelangi
Di atas kertasku sendiri
Ini salah satu puisi (atau entah apa) yang gw coba buat sendiri waktu SMA dulu. Ini juga pernah dengan pedenya gw post ke notes di Facebook dan gue tag-in ke temen-temen gue. Mereka bilang sih bagus, bukan bermaksud menyombong.
BalasHapus